KEDOK EKONOMI DIBALIK ETIKA LINGKUNGAN CAR FREE DAY
KEDOK EKONOMI DIBALIK ETIKA LINGKUNGAN CAR FREE DAY
Mochamad Ramdhan Pratama
Mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum Bandung
Assalamualaikum Wr.Wb
Seseorang
pernah berkata kepada saya bahwa ketika kita lahir, kedua tangan kita
dalam keadaan menggenggam. Seperti menggenggam sesuatu. Katanya sesuatu
yang ada dalam genggaman itu adalah takdir kehidupan kita. Seperti cita
dan cinta. Ketika kita melepaskan genggaman, takdir kehidupan kita
pergi. Maka pada saat itu dunia akan mendengar tangisan kita untuk
pertama kalinya. Namun suatu saat, kita akan menemukannya dan kembali
pada genggaman tangan kita. Salah
satu takdir yang ingin saya capai adalah memberikan informasi kepada
kawan-kawan tentang tujuan awal diadakannya Car Free Day, dan dihegemoni
oleh berbagai aspek yang berkorelasi dengan manusia itu sendiri sebagai
sub-sistem dari Bumi ini.
Sependek
pengetahuan saya, car free day adalah wadah untuk orang yang ingin
bebas terhdap ketergantungan terhadap kendaraan. Agenda kegiatan ini
dilakukan hari minggu setiap minggunya, dan biasanya ditentukan jarak
yang disediakan di hari minggu tersebut. Lalu
tujuan car free day yaitu, awalnya untuk menyelamatkan bumi dari
ketidakadilan oleh manusia sebagai titik sentral sistem negara hukum,
karena dalam Hak Asasi Manusia bangunannya itu berorientasi pada
antropologis saja, harus dipahami dalam teori etika lingkungan,
memandang bahwa mansuia sebagai pusat sistem alam semesta. Jadi prinsip
moral hanya berlaku pada manusia, padahal kepentingan itu bukan hanya
untuk manusia, alam pun punya haknya.
Kita
masih ingat dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan, bahwa Dunia itu suatu
sistem Ekologi yang utuh dan menyuluruh, sedangkan pada hakikatnya bumi
yaitu Sub-Sistem Ekologi, lalu manusia yaitu Sub-Sistem di dalam Bumi.Solusi
alternatif yang saya tawarkan adalah Redefinisi Konstitusional, memang
ada dalam salah satu pasal di UUD 1945 pasal 28H, Hak atas Lingkungan
Hidup, yaitu Hak atas Lingkungan yang baik dan sehat, dari redaksional
tersebut, saya melihat dari dua aspek.
Aspek
yang pertama secara Prosedural, hak-hak atas lingkungan bersifat pilar
dalam mewujudkan hak atas lingkungan secara substantif. Saya mengambil
contoh konvensi di Denmark, lalu diadopsi oleh indonesia dituangkan
dalam UUD 1945, tapi saya melihat bahwa hak atas lingkungan tidak
diletakan terpisah, dilihat secara konseptual memang tumpang tindih,
karena dalam pasal 28H hanya menjadi instrumen Hak Asasi Manusia, dan
Frasa Lingkungan Hidup dalam pasal tersebut diperuntukan bagi Kesejahteraan manusia.
Aspek
yang kedua secara substantif, tentu kita pahami bahwa setiap orang
berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, maka kata setiap orang adalah manusia yang cakap akan hukum, dan sudah dewasa tentunya, yang nantinya ia mempunyai hak dan kewajiban.
Selanjutnya
kontruksi awal Car Free Day yaitu, pembentukan karakter manusia agar
mengurangi pencemaran udara, mengurangi kemacetan, dan penghematan BBM.
Bahkan saya meyakini bahwa CFD ini tidak hanya di kota-kota besar saja,
tapi hampir penjuru kota di indonesia melaksanakan CFD Lokal. Lalu ada
kesesatan berpikir masyarakat dalam melihat Car Free Day ini, justru
dijadikan dalih mengurangi pencemaran udara, tapi ada masalah baru,
yaitu pencemaran sampah, yang memang CFD ini dijadikan sebagai lahan
mencari pundi-pundi rupiah, maka saya lebih senang mengatakan bukan Car
Free Day tapi Pasar Minggu, karena aneka jajanan, dan apapun yang bisa
dijual disana.
Selanjutnya
saya akan membahasa mengenai Etika Lingkungan, Sepengetahuan pendek
saya Etika berasal dari kata Ethikos yang timbul karena kebiasaan, dari
definisi di atas tentu kita bisa pahami bahwa etika dimulai dari
kebiasaan, dan mencakup penilaian moral. Lalu Lingkungan juga dapat
diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Etika
Lingkungan bermuara pada Antropologis menuju Biosentris, maksudnya
bahwa manusia yang awalnya spesies paling pusat dan penting daripada
hewan atau penilaian kenyataan melalui sudut pandang manusia yang
eksklusif menuju keyakinan bahwa kehidupan manusia memiliki hubungan
yang sangat erat dengan kehidupan seluruh kosmos. Dalam Biosentrisme
manusia dianggap sebagai salah satu makhluk hidup dari alam semesta yang
mempunyai rasa saling ketergantungan dengan makhluk hidup lainnya di
alam semesta.
Perlu
kita lihat bersama dalam kenyataan Car Free Day, yang tujuan awal
dibentuknya CFD telah dijelaskan di atas, akan tetapi Car Free Day yang
diadakan setiap hari Minggu, orang – orang justru tidak jalan kaki dari
rumah menuju CFD, tapi memakai kendaraan menuju CFD lalu di simpan di
tempat parkir, kontruksi di atas meyakinkan kita bahwa CFD sudah
kehilangan Definisinya sendiri. Maka dari itu saya mengajak kepada
pembaca tulisan ini untuk tidak memakai kendaraan menuju CFD, hidup
sehat agar alam tidak murka kepada manusia.
Selanjutnya
Alam itu menuliskan hukumnya sendiri, saya akan menceritakan kejadian
Gempa di Himalaya tepatnya di dareah Lantang Peli, Tahun 2015 Gempa
terjadi dengan kekuatan 7,8 SR. Pohon hancur dan kerusakan cukup parah
karena kekuatan gempa tersebut, tapi alam sangat baik, dari kejadian
tersebut justru membawa rezeki bagi antropologis daerah sana, proses
pembangunan kembali menggunakan pohon yang jatuh karena gempa.
Lalu
Alam pernah mengucapkan keinginannya pada tahun 1970, ada kejadian yang
sangat mengguncangkan bagi kaum manusia. Pada waktu itu ada kegiatan
industri membabat hutan untuk dijadikan Resort oleh Korporasi, lalu
Prof. Chistoper Stone membuat suatu Artikel yaitu, Apakah Pohon berhak
berjalan ke Pengadilan dan dia berkata saya tidak ingin di tebang, semua
orang khsusnya para pakar Ilmu Hukum heboh dan tidak sepakat dengan
tulisan tersebut, karena Pohon bukan Subjek Hukum dan tidak mempunyai
Moral, maka diadakan diskusi Hukum mengenai Hukum lingkungan dan memuat
suatu konklusi subjek hukum bukan hanya manusia tapi makhluk lain juga.
Konlusinya
adalah Manusia itu bukan sebagai Spesies Utama di Bumi ini, melainkan
Salah Satu Makhluk yang ada di Bumi ini, bahkan di alam semesta.
Menghargai Hak Alam lebih bagus daripada merusak alam, karena sejatinya
Manusia dengan ada Hubungan satu sama lainnya.
Kembalikan
Wibawa Car Free Day sebagai Wadah menyelamatkan Bumi dari Polusi yang
merusak Ozon, karena kita tidak bisa terus merusak alam demi kepentingan
manusia saja, tapi ada Hak Lingkungan yang tidak bisa kita rasakan
perasaan mereka, tapi bisa kita lihat dari dampak yang terjadi ketika
melanggar Hak mereka.
Maka
hari ini saya mengajak untuk mengembalikan Car Free Day seperti semula,
ada yang bilang jangan selalu bilang, “ masih ada waktu” atau “nanti
lagi saja” karena ada juga konsep dari “sudah Terlambat”
Tidak ada komentar untuk "KEDOK EKONOMI DIBALIK ETIKA LINGKUNGAN CAR FREE DAY"
Posting Komentar